Showing posts with label perjuangan. Show all posts
Showing posts with label perjuangan. Show all posts
0
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=0iSma3zOd90endofvid[starttext]Sang Pencerah sendiri memulai perjalanan kisahnya dengan menilik kelahiran seorang bayi laki-laki bernama Muhammad Darwis di dalam sebuah keluarga Jawa yang memiliki latar belakang lingkungan beragama Islam yang sangat kuat. Dalam pertumbuhannya, Darwis remaja (Ihsan Tarore) sering merasa aneh dengan kebiasaan lingkungannya yang seringkali mencampuradukkan kegiatan agama dengan berbagai kegiatan yang berbau mistis. Hal inilah yang kemudian menarik perhatian Darwis untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Di usianya yang ke-15, Darwis, dengan seizin orangtuanya, pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, sekaligus mempelajari Islam langsung di tempat kelahiran agama tersebut.



Lima tahun berselang, Darwis dewasa (Lukman Sardi) kembali ke kampung halamannya di Yogyakarta. Sesuai dengan kebiasaan mereka yang baru kembali dari Mekkah saat itu, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Kondisi lingkungannya sendiri, yang saat itu berada di bawah bayang-bayang penjajahan Belanda, masih sama dengan ketika ia meninggalkan Yogyakarta. Banyak ajaran Islam yang dalam pelaksanaannya semakin melenceng dari apa yang telah disuratkan dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Tak tinggal diam, Ahmad Dahlan mulai secara perlahan menyadarkan masyarakat sekitar mengenai kesalahan yang telah mereka lakukan.

Tentu saja, merubah sesuatu hal yang telah menjadi semacam adat di dalam sebuah kelompok bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ahmad Dahlan sendiri sempat mendapatkan kecaman dari seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo), bahkan sering dituding sebagai seorang kyai yang sesat. Namun atas dukungan penuh istrinya, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca), keluarga, dan beberapa orang murid setianya, Ahmad Dahlan terus berusaha menegakkan akidah, termasuk dengan bekerjasama dengan organisasi modern yang banyak dinilai merupakan kelompok kafir oleh lingkungannya.[endtext]

Sang Pencerah [Movie]

0
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=pINY9yrzPvUendofvid[starttext]Syiah merupakan sebuah mazhab aqidah didalam islam.. aqidah mereka tidak diterima didalam ahli sunnah wal jamaah.. mereka menganggap orang islam lain yang tidak bermazhab syiah tidak ada apa-apa.
bahkan , yang lebih menyedihkan lagi, puak ini memusuhi dan membunuh ahli sunnah, malahan.. mereka ini semakin tersebar kefahaman mereka di negara tercinta kita Malaysia...
jom banteras syiah![endtext]

Kekejaman Syiah di bumi Iraq

2
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=xTrlUlaUpowendofvid
[starttext]

Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat banyak dan nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli memperhatikannya sehingga terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja. Namun, bila kita cermati dengan baik, kita akan menemukan segudang keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua lini kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan terkait dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir manusia yang paradoks yang berkembang biak di akhir zaman ini.

Berikut ini adalah sebagian kecil dari berfikir paradoks yang berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi, berfikir paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat Islam dan para tokoh mereka. Di antaranya :

Bila seorang pengusaha atau pejabat tinggi melakukan korupsi milyaran dan bahkan triliunan rupiah, maka aparat penegak hukum dengan mudah mengatakan tidak ada bukti untuk menahan dan mengadilinya.

Namun, bila yang mencuri itu seorang nenek atau masyarakat bawah (lemah), dengan mudah dapat ditangkap, disidangkan dan diputuskan hukuman penjara, kendati mereka mengambil hanya satu buah semangka atau tiga buah kakau, mungkin saja karena lapar.

Bila ada orang atau kelompok dengan nyata-nyata merusak dan melecehkan ajaran Islam yang sangat fundamental, seperti Tuhan, Kitab Suci dan Rasulnya, di negeri-negeri Islam, maka orang dengan gampang mengatakan yang demikian itu adalah kebebasan berpendapat, berekspresi dan menafsirkan agama.

Namun, bila ada khatib, ustazd atau masyarakat Muslim mengajak jamaah dan umat Islam untuk konsiten dengan ajaran agamanya, maka orang dengan mudah menuduhnya sebabai khatib, penceramah atau ustazd yang keras dan tidak bisa berdakwah dengan hikmah, bahkan perlu dicurigai sebagai calon teroris.

Apa saja yang dituliskan dalam koran, dengan mudah orang mempercayainya, kendati itu hanya tulisan manusia dan belum teruji kebenarannya. Membaca dan mempelajarinya dianggap lambang kemajuan.

Akan tetapi, apa yang tercantum dalam Al-Qur’an belum tentu dipercayai dan diyakini kebenarannya, kendati mengaku sebagai Muslim. Padahal Al-Qur’an itu Kalamullah (Ucapan Allah) yang mustahil berbohong. Kebenarannya sudah teruji sepnajang masa dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. Akhir-akhir ini muncul anggapan mengajarkan Al-Qur’an bisa mengajarkan paham terorisme.

Tidak sedikit manusia, termasuk yang mengaku Muslim yakin dan bangga dengan sistem hidup ciptaan manusia (jahiliyah), kendati sistem yang mereka yakini dan banggakan itu menyebabkan hidup mereka kacau dan mereka selalu menghadapai berbagai kezaliman dan ketidak adilan dari para penguasa negeri mereka. Mereka masih saja mengklaim : inilah jalan hidup yang sesuai dengan akhir zaman.

Namun, bila ada yang mengajak dan menyeru untuk kembali kepada hukum Islam, maka orang akan menuduh ajakan dan seruan itu akan membawa kepada keterbelakangan, kekerasan dan terorisme, padahal mereka tahu bahwa Islam itu diciptakan oleh Tuhan Pencipta mereka (Allah) untuk keselamatan dunia dan akhirat dan Allah itu mustahil keliru dan menzalimi hamba-Nya.

Ketika seorang Yahudi atau agama lain memanjangkan jenggotnya, orang akan mengatakan dia sedang menjalankan ajaran agamanya.

Namun, saat seorang Muslim memelihara jenggotnya, dengan mudah orang menuduhnya fundamentalis atau teroris yang selalu harus dicurigai, khususnya saat masuk ke tempat-tempat umum seperti hotel dan sebagainya.

Ketika seorang Biarawati memakai pakaian yang menutup kepala dan tubuhnya dengan rapih, orang akan mengatakan bahwa sang Biarawati telah menghadiahkan dirinya untuk Tuhan-nya.

Namun, bila wanita Muslimah menutup auratnya dengan jilbab atau hijab, maka orang akan menuduh mereka terbelakang dan tidak sesuai dengan zaman, padahal mereka yang menuduh itu, para penganut paham demokrasi, yang katanya setiap orang bebas menjalankan keyakinan masing-masing.

Bila wanita Barat tinggal di rumah dan tidak bekerja di luar karena menjaga, merawat rumah dan mendidik anaknya, maka orang akan memujinya karena ia rela berkorban dan tidak bekerja di luar rumah demi kepentingan rumah tangga dan keluarganya.

Namun, bila wanita Muslimah tingal di rumah menjaga harta suami, merawat dan mendidik anaknya, maka orang akan menuduhnya terjajah dan harus dimerdekakan dari dominasi kaum pria atau apa yang sering mereka katakan dengan kesetaraan gender.

Setiap mahasiswi Barat bebas ke kampus dengan berbagai atribut hiasan dan pakaian yang disukainya, dengan alasan itu adalah hak asasi mereka dan kemerdekaan mengekpresikan diri.

Namun, bila wanita Muslimah ke kampus atau ke tempat kerja dengan memakai pakaian Islaminya, maka orang akan menuduhnya eksklusif dan berfikiran sempit tidak sesuai dengan peraturan dan paradigma kampus atau tempat kerja mereka.

Bila anak-anak mereka sibuk dengan berbagai macam mainan yang mereka ciptakan, mereka akan mengatakan ini adalah pembinaan bakat, kecerdasan dan kreativitas sang anak.

Namun, bila anak Muslim dibiasakan mengikuti pendidikan praktis agamanya, maka orang akan mengatakan bahwa pola pendidikan seperti itu tidak punya harapan dan masa depan.

Ketika Yahudi atau Nasrani membunuh seseorang, atau melakukan agresi ke negeri Islam khususnya di Paestina, Afghanistan, Irak dan sebagainya, tidak ada yang mengaitkannya dengan agama mereka. Bahkan mereka mengakatakan itu adalah hak mereka dan demi menyelamatkan masyarakat Muslim di sana.

Akan tetapi, bila kaum Muslim melawan agresi Yahudi atas Palestina, atau Amerika Kristen di Irak dan Afghanistan, mereka pasti mengaitkannya dengan Islam dan menuduh kaum Muslim tersebut sebagai pemberontak dan teroris .

Bila seseorang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain, maka semua orang akan memujinya dan berhak mendapatkan penghormatan.

Namun, bila orang Palestina melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan anaknya, saudaranya atau orang tuanya dari penculikan dan pembantaian tentara Israel, atau menyelamatkan rumahnya dari kehancuran serangan roket-roket Israel, atau memperjuangkan masjid dan kitab sucinya dari penodaan pasukan Yahudi, orang akan menuduhnya TERORIS. Kenapa? Karena dia adalah seorang Muslim.

Bila anak-anak Yahudi diajarkan perang dan senjata otomatis untuk membunuh kaum Muslimin Palestina, maka orang akan menegatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya membela diri kendati mereka adalah agresor.

Namun, bila anak Palestina belajar melemparkan batu menghadapi prajurit Yahudi yang dilengakapi dengan tank dan senjata canggih lainhya saat menghancurkan rumah, masjid dan kampung mereka, maka orang akan menuduh mereka sebagai pelaku kejahatan yang pantas ditangkap, dipatahkan tangannya dan dipenjarakan belasan tahun.

Nah, inilah sekelumit keajaiaban manusia di akhir zaman ini. Bisakah kita mendapatkan pelajaran yang baik sehingga dapat menentukan sikap yang benar, atau kita akan jatuh menjadi korban keajaiban akhir zaman? Allahul musta’an….(fj)

p/s :diambil dari [KLIK]
[endtext]

KEAJAIBAN MANUSIA AKHIR ZAMAN

0
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=32hj0pVXAR8endofvid
[starttext]

Hassan al Banna (14 Oktober 1906 - 12 Februari, 1949, Arab:حسن البنا) merupakan reformis sosial dan politik Mesir yang terkenal sebagai pengasas gerakan Jamiat al-Ikhwan al-Muslimun.

Hassan al Banna dilahirkan pada Oktober 1906 di desa al-Mahmudiyyah di daerah al-Bahriyyah, Iskandariah, Mesir (barat laut Kaherah). Beliau berasal dari sebuah perkampungan petani yang terkenal kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam, serta keluarga ulama yang dihormati.

Bapanya, Syeikh Ahmad bin Abdul Rahman al-Banna, merupakan seorang ulama, imam, guru dan seorang pengarang terkenal, lulusan Universiti Al-Azhar, yang menulis dan menyumbang menulis kitab-kitab hadis dan fiqh perundangan Islam dan juga memiliki kedai membaiki jam dan menjual gramophone. Syeikh Ahmad bin Abdul Rahman al-Banna turut mengkaji, menyelidik dan mengajar ilmu-ilmu agama seperti tafsir al-Qur'an dan hadis kepada penduduk tempatan, dan dia banyak dipengaruhi oleh fikrah serta cita-cita perjuangan Syeikh Muhammad Abduh dan Sayyid Jamaluddin al-Afghani.

Sungguhpun Syeikh Ahmad al-Banna dan isterinya memiliki sedikit harta, mereka bukannya orang yang kaya dan bertungkus lumus untuk mencari nafkah, terutama selepas berpindah ke Kaherah pada 1924; sebagaimana yang lain, mereka mendapati bahawa pendidikan Islam dan kealiman seseorang tidak lagi dihargai di ibu negara itu, dan hasilkerja tangan mereka tidak mampu menyaingi industri besar-besaran.. (Mitchell 1969, 1; Lia 1998, 22-24)

Ketika Hassan al-Banna berusia dua belas tahun, beliau menjadi pemimpin badan Latihan Akhlak dan Jemaah al-Suluka al-Akhlaqi yang dikelolakan oleh gurunya di sekolah. Pada peringkat ini beliau telah menghadiri majlis-majlis zikir yang diadakan oleh sebuah pertubuhan sufi, al-Ikhwan al-Hasafiyyah, dan menjadi ahli penuh pada tahun 1922. (Mitchell 1969, 2; Lia 25-26). Melalui pertubuhan ini beliau berkenalan dengan Ahmad al-Sakri yang kemudian memainkan peranan penting dalam penubuhan Ikhwan Muslimin.

Ketika berusia tiga belas tahun, Hassan al Banna menyertai tunjuk perasaan semasa revolusi 1919 menentang pemerintahan British. (Mitchell 1969, 3; Lia 1998, 26-27)

Pada tahun 1923, pada usia 16 tahun dia memasuki Dar al 'Ulum, sekolah latihan guru di Kaherah. Kehidupan di ibu negara menawarkannya aktiviti yang lebih luas berbanding di kampung dan peluang bagi bertemu dengan pelajar Islam terkemuka (kebanyakannya dengan bantuan kenalan ayahnya), tetapi dia amat terganggu dengan kesan Kebaratan yang dilihatnya disana, terutamanya peningkatan arus sekular seperti parti-parti politik, kumpulan-kumpulan sasterawan dan pertubuhan-pertubuhan sosial sekular terdorong ke arah melemahkan pengaruh Islam dan meruntuhkan nilai moral traditional. (Mitchell 1969, 2-4; Lia 1998, 28-30)

Dia turut kecewa dengan apa yang dilihatnya sebagai kegagalan sarjana Islam di Universiti al-Azhar untuk menyuarakan bangkangan mereka dengan peningkatan atheism dan pengaruh pendakwah Kristian. (Mitchell 1969, 5)

Beliau kemudian menganggotai pertubuhan Jama'atul Makram al-Akhlaq al-Islamiyyah yang giat mengadakan ceramah-ceramah Islam. Melalui pertubuhan ini, Hasan al-Banna dan rakan-rakannya menjalankan dakwah ke serata pelosok tempat, di kedai-kedai kopi dan tempat-tempat perhimpunan orang ramai.

Pada peringkat inilah beliau bertemu dan mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi dan lain-lain.

Di tahun akhirnya di Dar al-'Ulum, dia menulis bahawa dia bercadang menzuhudkan dirinya menjadi "penasihat dan guru" bagi golongan dewasa dan kanak-kanak, agar dapat megajar mereka "matlamat agama dan sumber kegembiraan dan keriangan dalam kehidupan". Dia mendapat ijazah pada tahun 1927 dan diberikan jawatan sebagai guru bahasa Arab di sekolah rendah kebangsaan di Isma'iliyya, bandar provincial terletak di Zon Terusan Suez. (Mitchell 1969, 6)

Al-Imam Hassan al-Banna kemudainnya menubuhkan gerakan Ikhwan Muslimin di bandar Ismailiyyah pada Mac 1928. Ketika itu beliau berusia 23 tahun.

Di Ismailiyya, sebagai tambahan kepada kelas siangnya, dia melaksanakan matlamatnya memberi kelas malam bagi keluarga anak muridnya. Dia juga berceramah di masjid, malah dikedai kopi, yang masa itu masih baru dan dipertikaikan nilai moralnya. Pada awalnya, sesetengah pandangannya berkenaan perlaksanaan Islam yang mudah mendorong kepada tentangan hebat dengan elit keagamaan tempatan, dan dia mengamalkan polisi mengelakkan kontrovesi agama. (Mitchell 1969, 7; Lia 1998, 32-35)

Dia sedih dengan tanda-tanda jelas pengawalan ketenteraan dan ekonomi di Isma'iliyya: kem ketenteraan British, kemudahan awam dimiliki oleh kepentingan luar, dan tempat tinggal mewah milik pekerja Syarikat Terusan Suez, bersebelahan dengan rumah haram pekerja Mesir. (Mitchell 1969, 7)

Setelah berkhidmat 19 tahun dalam bidang perguruan, beliau meletakkan jawatan pada tahun 1946 untuk menyusun kegiatan dakwah dengan berkesan dalam masyarakat di bandar itu. Pengalaman ahli jemaah yang dikumpulkan sekian lama menjadikan Ikhwan Muslimin sebuah gerakan yang berpengaruh.

Ternyata Hassan al-Banna adalah pemimpin yang bijak mengatur organisasi. Ikhwan Muslimin disusun dalam tiga peringkat iaitu, memperkenalkan Ikhwan dan menyebarkan dakwah asas melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Kemudian membentuk keperibadian anggota agar bersedia menjalani jihad seterusnya melaksanakan cita-cita perjuangan Islam dengan tegas. Ikhwan Muslimin berjaya menjadi sebuah gerakan yang menggegarkan Mesir terutama selepas perang dunia kedua apabila gerakan itu turut bertanding di dalam perebutan kuasa politik.

Pengaruh Ikhwan yang kian kuat amat dikhuatiri oleh kerajaan Mesir yang diketuai oleh al-Nukrasi Bassa dari parti al-Sa'di yang bertindak mengharamkan Ikhwan Muslimin pada 1948 atas tuduhan merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan. Sungguhpun begitu Hassan al-Banna tidak ditahan dan beliau cuba sedaya upaya menyelamatkan Ikhwan. Malangnya usaha beliau belum berhasil sehinggalah ditembak pada waktu Zohor 12 Februari 1949, ketika keluar dari bangunan Ikhwan Muslimin. Beliau menghembuskan nafas terakhir di hospital dan pembunuhan beliau didakwa dirancang oleh polis rahsia kerajaan berikutan kematian perdana menteri yang dibunuh oleh seorang pelajar yang kecewa dengan pembubaran Ikhwan Muslimin.

Jenazah al-Imam Hassan Al-Banna telah dikebumikan dengan kawalan kereta-kereta kebal dan perisai. Orang ramai tidak dibenarkan menghadiri upacara pengebumiannya, yang hadir hanya keluarganya sendiri.


[endtext]

HASSAN AL-BANNA DAN PERJUANGAN

0
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=infLiWID6CEendofvid
[starttext]
Tugas kita sebagai da’i hanyalah menyeru. Hasilnya kita serahkan kepada ALLAH. Tapi bukan bererti kita boleh ala kadar dalam melaksanakan projek dakwah. Kita tetap harus profesional dalam dakwah. Kita harus senantiasa itqan dalam pekerjaan ini. Untuk itulah, perlu dipersiapkan pula perajurit dakwah yang akan mengisi “jabatan” sesuai bidangnya. Salah satunya dengan melalui tarbiyah.

universiti tarbiyahTarbiyah adalah kerja besar. Projek raksasa. Sistem yang integral. Dahsyat. Mengubah yang sederhana menjadi luar biasa. Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh orang-orang yang memiliki naluri kepahlawanan.

Tarbiyah adalah sebuah pilihan. Mengambil pilihan ini tentu mengandung risiko di luar zon selesa kita.

Tarbiyah adalah perubahan. Berani tarbiyah ertinya harus siap berubah, mengubah diri sendiri mahupun mengubah orang lain. Kerana perubahan adalah keperluan, maka yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan perubahan itu menjadi lebih menyenangkan.

Di sinilah pentingnya peranan seorang murabbi. Memang, dalam tarbiyah harus ada murabbi dan mutarabbi. Keduanya penting. Akan tetapi, hubungan seorang murabbi dan mutarabbinya bukan hanya sebatas hubungan guru dan murid, namun lebih dari itu.

Khususnya murabbi, ia adalah walid (orang tua). Murabbi adalah syeikh. Murabbi adalah guru. Murabbi juga adalah qa’id (panglima yang berwibawa).

Sebagai walid, ayah atau ibu, murabbi berperanan dalam ikatan emosional. Ia berperanan menguatkan mutarabbinya bila mereka sedang dalam keadaan futur (lemah). Menanyakan khabarnya, meraikannya, menenangkannya, menjadi pembimbingnya.

Sebagai syeikh, murabbi adalah pengarah jiwa yang selalu memberi oasi ilmu dan memberikan sentuhan jiwa dalam spiritual dan ruhiyah. Sentiasa baru. Selalu ke hadapan dan bersemangat dan selalu bermanfaat untuk ummat.

Sebagai guru (ustaz), murabbi mesti tidak berhenti belajar dan menimba ilmu. Ini kerana ia bertugas mengajarkan Al-Qur’an dan Kitab, memberikan ilmu, memberikan wawasan baru sehingga murid-murid merasa tenteram bersamanya.

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah: 11)


Murabbi adalah qa’id, panglima yang berwibawa, pemimpin yang berkarisma, inovatif dalam amalnya, kreatif mencari alur bagi para pengikutnya, pelopor dalam kebaikan, teladan dalam kebajikan, motivator di tengah kelesuan, motor dalam perubahan.

Tentunya sebagai qa’id, murabbi tidak hanya duduk-duduk saja. Tapi ia selalu terdepan dalam berprestasi dan inovasi tak pernah henti, agar bagaimanapun murabbi tetap lebih unggul.

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS Fathir: 32)


Itulah beberapa peranan seorang murabbi dalam tarbiyah. Rasulullah adalah imamnya yang utama. Al Qur’an dan Sunnah adalah panduan utama. Allah tujuannya. Syahid cita-citanya.

Adapun perajurit dakwah adalah pahlawan. Kerana ia rela mengambil peranan di tengah kesulitan, menapaki risiko di saat orang menghindar, meraih momentum saat manusia masih terlena hina, dan menyusun kerja besar saat orang lain belum tersedar.

Untuk membentuk perajurit seperti itu, diperlukan energi yang besar dan kerja yang keras. Ada beberapa karakter khas perajurit istimewa ini dalam dakwah, sebagaimana berikut:

1. Bersedia membina diri (tarbiyah dzatiyah)

Dalam dakwah, perajurit sejati adalah mereka yang bersedia membina diri dan menyerahkan segala komitmennya buat perjuangan dakwah. Komitmennya tulus, tujuannya lurus, amal-amalnya bukan untuk mencari fulus, kerjanya serius, fikirannya diasah terus, dan langkah-langkahnya maju terus.

Allah SWT berfirman:

“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 146)


2. Bertransaksi di jalan Illahi dengan penuh kesedaran dan kefahaman

Yang dimaksudkan adalah kesadaran untuk menukar harta, jiwa, nyawa dan dirinya dengan syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tanpa paksaan. Tanpa tekanan.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil, dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah: 111)


3. Sabar, tidak menyerah hati kepada yang lain selain Islam

Kerana komitmennya inilah, perajurit dakwah tidak mahu berjual hatinya kepada yang lain. Ini kerana ia yakin bahawa Allah tidak mungkin ingkar janji. Kerana itulah, tetaplah anda wahai penerus risalah Rasulullah saw di jalan dakwah ilallah.

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-Rasul-Mu. Dan jangan Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS Ali Imran: 194)


Perajurit dakwah yang ikhlas adalah bukti, mana emas mana loyang, mana yang asli dan mana yang palsu, dan sebagainya. Justeru itu, perajurit dakwah yang sejati tidak akan mengkhianati Allah. Tetap setia pada komitmen awal, bahawa Islam adalah agama yang fitrah. Maka ia setia mengikuti Rasululah tanpa banyak membantah.

Innallaha ma’aashshobbiriin.

4. Berani: Siap mengambil Risiko Terberat

Kerana komitmen inilah, para sahabat Nabi menempatkan diri sebagai pembela Nabi, menukar kecintaan diri untuk sepenuh hati pada Nabi. Dalam kafilah inilah ramai perajurit-perajurit pilihan dengan pelbagai keistimewaan. Ada Sa’ad bin Abi Waqqash pemanah jitu pertama atas rekomendasi Rasulullah. Ada Abu Dujanah dengan pedang terhunusnya menjadi benteng Nabi. Ada Khubaib bin Adi yang tidak rela Nabi disakiti walau hanya tertusuk duri sekalipun. Ada pula Ummu Sulaim dengan belati kecilnya yang sentiasa mendampingi Nabi dalam Perang Uhud. Itu semua perlu komitmen keberanian dan berisiko sebagai konsekuensi pilihan.

Jalan dakwah jalan mulia, bukanlah jalan yang bertabur bunga. Jalan suci tetapi sepi, tanpa puji. Jalan para nabi yang banyak dikhianati. Jalan para ulama yang tegar. Jalan orang-orang besar yang penuh risiko. Tapi ingatlah, yang penting bukan label melainkan peranan. Sebab, Menjadi penting itu baik, tapi menjadi baik itu jauh lebih penting.

Jadilah perajurit sejati dalam dakwah. Bangkitkan momentum dan energi tarbiyah dalam diri. Dengan segala komitmen dan kesetiaan yang penuh risiko. Ingatlah, syurga Allah bukan untuk orang-orang yang bermalasan. Jika kita menolong agama Allah, niscaya Allah PASTI akan menolong kita.

sumber: haluan tarbawi
[endtext]

MEMBANGKITKAN MOMENTUM TARBIYYAH

9
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=f0tgr6eI5eUendofvid
[starttext]
saya nie, baru tahun pertama nak belajar di Azhar.. balik nanti ana kena mintak 12 sijil pentauliahan lagilah maknanya, heheehehehe kalau orang suwuh ana mengajar plak , ana akan kata... maaf ya akhi.. ana tak ada tauliah.. hehehehe jom dengar apa yang ana kena jawap kalau ana mengajar juga tapi tak dak tauliah macam Dr Asri..
[endtext]

Dr Mohd Asri Jawab Pertuduhan

8

terima kasih akhirnya selesai

5
[postlink]

http://www.youtube.com/watch?v=C35N_sCIYfsendofvid
[starttext]
Penangkapan Dr Asri atas alasan menyampaikan ceramah tanpa ada pentauliahan adalah satu perkara yang amat melucukan, JAIS membuat tindakan yang dikatakan perlu namun akan menyebabkan kesan yang besar pada pandangan masyarakatDrAsri02 kepada JAIS,
Ramai yang bangkit menentang penangkapan tersebut dan ramai pula yang datang memberi sekongan kepada Dr Asri. Saya menjangkakan selepas ini akan berlaku "perang besar" antara Dr Asri dan JAIS...
Dr Asri yang berpendidikan Dr itu pun ditangkap, apatah lagi jika saya yang baru menjengah Ijazah ini... inilah Malaysiaku yang kucintai kini...
Antara yang hadir ialah Datin Paduka Marina Mahathir, Ahli Parlimen Titiwangsa Dr Lo' Lo' Mohamad Ghazali, Timbalan Ketua Dewan Pemuda PAS, Azman Shafawi, Ahli Dewan Undangan Negeri (ADUN) Hulu Klang, Saari Sungib, Ahli Parlimen PKR Ampang, Zuraida Kamaruddin dan pengasas Sisters In Islam (SIS), Zainah Anwar.
Turut kelihatan ialah wakil kepada Senator Datuk Jamil Baharom, Menteri di Jabatan Perdana Menteri, wakil-wakil Umno, PAS dan PKR; serta enam orang peguam dari pelbagai firma guaman.( ramai sungguh ahli politik yang datang.. ada apa-apa ka ni??? )
[endtext]

penangkapan Dr Asri oleh JAIS

0
[postlink]http://www.youtube.com/watch?v=UToK3yiL4SYendofvid
[starttext]
sewaktu konsert 3 gergasi nasyid yang lepas, lagu ini adalah lagu yang diinginkan oleh audians.. namun dikecewakan oleh shoutul harakah.. huhuuhu tapi takper... Allah tak izinlah 2..
[endtext]

Merah saga

0
[postlink]
http://www.youtube.com/watch?v=VNBl2gJFmV0endofvid
[starttext]
kenangan tarbiyyah di matri tidak akan bisa dilupakan.. bahkan ia bukanlah kenangan yang akan dilupai, namun ia adalah kenangan yang bisa memanaskan darah2 perjuangan..
[endtext]

khusus untuk tatapan para sahabat